Hubungan Sastra dengan Bangsa, Negara dan Agama
Manusia sangat dipersyarati oleh sastra untuk kemanusiaannya. Jika manusia itu punya keperluan terhadap Tuhan, maka manusia sangat membutuhkan sastra untuk mengolah proses perohanian dan pelembutan kehidupan keberagamaannya. Dan jika manusia berkumpul sebagai bangsa, mereka sangat butuh sastra untuk punya kemungkinan mencapai keberadaban negaranya.
Sebagaimana dimafhumi, semua wacana nilai menyepakati bahwa manusia, masyarakat, bangsa dan negara sangat membutuhkan sastra. Tapi saya melihat lebih dari itu. Misalnya kalau dalam kaitan bangsa, alur sebab-akibatnya bukan bahwa sastra membutuhkan peran negara untuk memberadabkan bangsa. Melainkan: negara membutuhkan sastra, kalau memang para pelaku negara mengetahui bahwa tak ada masa depan negara jika rakyatnya tidak dipertahankan sebagai bangsa manusia dengan keberadaban rohani kemanusiaannya.
Atau dalam kaitan agama: bukan kalau sastra ingin menarik garis dari dirinya ke Tuhan maka ia perlu bekerjasama dengan agama. Melainkan: kalau para pelaku agama memerlukan istiqamah sambungan silaturahimnya dengan Tuhan, maka ia memerlukan sastra. Karena, Tuhan sendiri mempersambungkan diri-Nya kepada manusia, pun melalui firman-firman yang sangat bergelimang sastra. Tatkala Tuhan memperkenalkan diri-Nya sebagai Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kata atau idiom Rahman dan Rahim bukanlah bahasa hukum, tidak bisa disentuh oleh ilmu, hanya bisa diprasangkai oleh budaya, tetapi bisa diselami dengan sastra.
Tentang Unknown
Link sosial Media Author di bawah
0 Comments