Untuk Tuan Yang Maha Berkuasa






Wahai tuan,,,
Aku tahu tuan lelah
Berdebat tentang kesejahteraan kami
Membanting kursi demi kemakmuran
Tapi sungguh tuan
Luangkan waktu sejenak
Tuk meraba denyut nadi kami yang melemah
Tuk rasai tarik nafas kami yang tersengal
Otakku yang tumpul terasa kian bebal
Dengan sejuta tanya yang menyesak

Tuan, ijinkan kusampaikan keherananku
Mungkin nampak lucu bagi tuan yang berotak brilian
Bahwa tuan selalu bicara tentang kesejahtraan
Berjuang tuk kemakmuran
Tapi kenapa kesejahtraan dan kemakmuran tak muncul-muncul jua
Padahal sejahtra dan makmur tlah di perjuangkan jauh sebelum tuan lahir
Dari buyut tuan,
lalu pada kakek dan nenek tuan,
lalu pada ayah dan bunda tuan,
hingga kini giliran tuan,
dan nanti akan dilanjutkan anak-anak tuan,
cucu dan cicit tuan
Sampai tuan pun tak lagi diingat

Tuan, kalau sejahtra diukur dari perut,
kini sejahtra sudah tercapai
Tuan buncit kami pun buncit
Bedanya tipis saja,
Tuan buncit karna kenyang,
kami pun buncit,,, karna cacingan.

Tuan, kalau makmur dilihat dari pakaian,
kini makmur tlah teraih.
Busana kita sama semarak
Busana tuan semarak oleh rumbai ornamen,
busana kami pun tak kalah semarak oleh tisik tambalan.

Satu lagi tuan,,,
Aku sungguh heran,
apa yang tak ada di negeri ini?
Orang bilang tanah kita tanah sorga,
tongkat kayu dan batu pun bisa jadi tanaman
Bumi tempat bersarang bahan tambang,
laut memendam kekayaan tak terhingga,
belantara dengan sejuta flora dan fauna.
Tapi,,,
Ah, maaf tuan,
sekali lagi kukatakan aku cuma heran, bukan menagih

68 tahun orang kata kita merdeka
Betulkah kita merdeka?
Belanda memang sudah lengser
Jepang pun tlah lama tergeser
Tapi nyatanya si Toyib kelaparan di lumbung beras
Si Inem kehausan di megahnya air mancur depan istana
Si Ujang dekil di uber-uber seputar fly over saat dikata merusak pemandangan kota
Si Siti kecil merintih dekat kondominium saat tak tau harus pulang kemana
Si Fulan tersedak debu di pinggir jalan samping sky scraper
Si Fulani tersingkap roknya ditemaram lampu taman
Dan entah berapa banyak lagi kisah terserak,
di antara kolong jembatan dan tumpukan sampah

Tuan, kutau kau maha berkuasa di dunia,
tapi aku yakin,
yakin seperti yakinnya aku bahwa ibu yang melahirkan adalah perempuan,
bahwa,,, tuan tak punya kuasa di akhirat,,,


               
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment