Mati Dalam Hidup

Mati dalam Hidup


            Seseguk isak memecah hening senja itu, ada setangkup dendang rindu yang mengharu biru dalam tatapnya yang kosong. Selarik letih membias di kelopak mata yang cekung, menatap hampa pada laju waktu yang bukan untuknya, mengurai kusut masai jalinan kisah yang tak jua hilang diletihnya jiwa menanti kasihnya. Pada helai-helai keindahan yang meranumkan sumringah di bibir merah hari kemarin, kini tlah melindap dalam gamang yang memasikan pucuk-pucuk sungging di bibir nan ringkih. Baginya, hidup adalah pengembaraan sepi dalam alur yang monoton, hanya berhias derai air mata, memintal duka dan merenda nestapa. Ya, kasihnya tlah berpulang dan tak akan kembali untuknya.



Dialah wanita berambut mayang terurai,,,
            Dia merindu pada jingga mentari tersaput lembayung di saat senja mulai temaram, berdiri terpaku menatap siluet di kaki langit, berusaha merangkai titik dan garis yang menggurat di pertemuan langit dan samudra, melukiskan seraut wajah dalam lamurnya kanvas angan. Sedetik tercenung ketika titik dan garis menampilkan pesona kasihnya, sebelum sedetik kemudian lebur dalam tempias derap waktu yang tak pernah terhenti. Lalu hampa kembali menghampiri kesendiriannya di ujung senja seiring debur ombak yang mengombangkan sgala angan jauh keseberang. Akan desau angin tiada lain irama kepedihan yang menyapa di tiap helai rambutnya.



            Lalu malam adalah lintasan waktu yang tak berbelas, memelintir rindu dalam gelimang sunyi yang seakan tak berujung. Pada detak jarum jam dia berbilang air mata, selaksa daun-daun yang luruh saat tertiup angin. Seiring dingin tatkala gerimis berangin menguliti hening malam yang tak berdaya dia hembuskan desah keputusasaan, membawa diri larut dalam celuk kurva hidup paling dalam, mengais asa dalam ketiadaan. Lalu malam tak jua tembangkan merdu kinanti lantunan bunda atau sekelumit hikayat tentang mekarnya bunga di taman firdaus, yang mungkin bisa meniupkan daya pada nadi hidup yang enggan berdenyut.


            Di hujan dia menyeret seok langkah menyusuri terjalnya tebing hidup. Dalam keseorangan dia senandungkan gita asmaraloka diantara gigil hati dan gemeretak bibir membiru. Tiada apa dan sesiapa, hanya kidung bisu yang mengalirkan resonansi pada bekunya senar-senar rasa, mementalkan renik-renik penat yang mulai mengembun di sekujur langkah. Dia terus berlari mengikut angan mengejar bayang kasihnya. Dia lecutkan senawat, tikamkan cundrik pada siluet yang menyirobok langkah. Dan dia menikmati derasnya hujan, agar tiada sesiapa yang tau bahwa di antara bulir-bulir air yang jatuh itu adalah air matanya.

                Di tiap helai rambut yang memayang adalah catatan sejarah hidupnya yang terabai. Tumbuh bersulur dari untaian kepahitan yang melumatkan rongga dada. Melintas di atas titian bara membeling, menanjak di lereng tegak, berpegang pada ranting lapuk. Sungguh, jika cinta adalah tentang keindahan rasa, tapi itu bukanlah untuknya. Segala kembara tlah terlewati demi secercah asa akan indah dan damainya senyum, ~ tentang lengkung pelangi setelah hujan ~, namun kerikil-kerikil tajam seolah tiada henti merepihkan untai harap di tiap hendak berbentuk. Tiap jejak adalah alur sangsai yang tlah berpinak di jalan hidup, memaksa letih leburkan tegarnya, mengguratkan stigma lewat redup nuansa rasa di sayu tatapnya.

Pekat, kelam,,, saujana pandang adalah kerontang padang menghampar panjang. Jerit sunyat memaku langkah di tapal bimbang, mengutuk hegemoni mendung atas langit tempat bernaung. Di tengah padang prahara dia selonjorkan suratan takdirnya, dia ingin berhenti disini. Dia tak mati, dia sungguh bernafas di atas nisan harap. Dia pun tak hidup, dia sungguh terbaring di bawah pusara asa. Lalu pada tarikan nafas dan denyut nadi yang tersisa, dia menghampar tatap hampa pada arak mega, memulas sesungging senyum seolah menatap kedatangan kasihnya, lirih dia berucap, “ you may out of my sight, but never out of my heart and mind”, ~,,, sungguh, dia tak lagi mengharap datangnya pelangi, dia hanya menunggu hujan menjemputnya, lalu mempertemukan dia dengan kasihnya,,, ~
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment