“LAIKANG” atau Desa Laikang yang berada dalam wilayah Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan pada abad ke 15 berdiri sebuah kerajaan yang dikenal bernama Kerajaan LAIKANG.
Raja pertama Kerajaan Laikang dipimpin oleh Karaeng TUNIPASSAYYA,
Raja kedua bernama ARU CINA dan Raja ke Tiga adalah PETTA PANGGAUKA.
Petta Panggauka mempunyai Permaisuri bernama BASSE DAENG NGALUSU dan dikaruniai oleh anak perempuan bernama MAMMINASA DAENG ROSO.
Pada pemerintahan Raja ke Tiga, Kerajaan LAIKANG tenteram dan damai. Beliau memimpin Kerajaan kurang lebih 30 Tahun lamanya dan setelah itu digantikan oleh putrinya (Raja Ke 4) yang bernama MAMMINASA DAENG ROSO.
Pada masa pemerintahan Mamminasa Daeng Roso (Raja Ke 4) Kerajaan Laikang dilanda musibah dan bencana silih berganti. Raja Mamminasa Daeng Roso tidak mampu memimpin Kerajaan Laikang dan menyerahkan Tampuk Pimpinan ke Kelembagaan Adat yang pada saat itu bernama “BAKU APPAKA (Pati). Pada saat itu terjadi pertemuan antara Raja Laikang dan Kelembagaan adat dan menghasilkan kesepakatan yaitu mengutus TELIK SANDI ke Kerajaan BONE untuk mencari pemuda yang pantas menjadi Raja Laikang.
Singkat cerita Telik Sandi tersebut kembali dari Kerajaan Bone dengan membewa kabar bahwa ada seorang pemuda yang pantas menjadi Raja Laikang. Pemuda tersebut adalah bangsawan dari Kerajaan Bone yang bernama “Andi Makkasaung Rilangi” Putra dari Andi Mappatunru Puang ta Opu dan Ibunya bernama “Tanri Olle Datunna Sabang”. Sedangkan kakek dari pemuda tersebut bernama “Andi Tunru Puang Tunisombayya.” Pada saat itulah Raja Laikang ke 4 mengutus Baku Appaka (Lembaga Adat) untuk mencari pemuda tersebut di Kerajaan BONE. Yang diutus pada saat itu bernama Barumbung Daeng Tale (Utusan Kerajaan Laikang) dengan membawa pasukan kerajaan Bone dengan menempuh perjalanan 3 hari lamanya. Sesampainya di Kerajaan Bone utusan tersebut disambut oleh Mangkauka Ri Bone. Dan pada saat itu juga berlangsung acara Adat.
Semua Pemuda-pemuda yang gagah berani dan dari bangsawan kerajaan Bone berkumpul untuk mengadu kesaktian. Disitulah terlihat pemuda yang bernama Andi Makkasaung Ri Langi dengan memakai Pantoro dan sarung Sutera.
Setelah acara Adat selesai, Utusan dari kerajaan Laikang mendekati Pemuda tersebut dan meminta untuk menjadi Raja Laikang. Maka Pemuda tersebut mengajak kerumahnya untuk bertemu sekaligus menyampaikan ke kedua orang tuanya.
Pada saat itu orang tua dari Andi Makkasaung Ri Langi menyetujui dan Beliau berkata “Kerajaan Bone dan Kerajaan Laikang masih ada hubungan darah dari simbol Kerajaan yaitu TALLUNG BOCCOA RI BONE (Mangkauka Ri Bone) dengan Simbol Kerajaan Laikang GARUDAYA RI LAIKANG.
Tanpa mengulur waktu, keesokan harinya Andi Makkasaung Ri Langi mempersiapkan Perahunya yang bernama “LESSA LASARANG KEKEA” Andi Makkasaung Ri Langi meminta kepada utusan Barumbung Daeng Tale dan rombongannya untuk ikut dengan Beliau. Dan Naiklah semua ke Perahu dengan menempuh perjalanan laut. Disinilah Andi Makkasaung Ri langi menunjukkan kesaktiannya dengan mengayung tiga kali, perahu tersebut sampai di pantai Kerajaan Laikang yang bernama PUNTONDO.
Sesampai di Kerajaan Laikang, Andi Makkasaung Ri Langi disambut dengan acara Adat. Berselang dua hari Raja Laikang yang bernama Mamminasa Daeng Roso menyerahkan Tahtanya ke Pemuda tersebut yang tidak lain bernama Andi Makkasaung Ri Langi sekaligus mempersunting Mamminasa Daeng Roso.
Pernikahan tersebut dikaruniai tiga orang anak.masing-masing bernama,
Compong Leko Daeng Karaeng. (Anak Pertama)
aeng Muntu (Anak ke dua) dan
anjabila Daeng Matino (Anak ke Tiga)
Selama kepemimpinan Andi Makkasaung Ri Langi sebagai Raja kelima, Kerajaan Laikang semakin terkenal dengan kesaktian Raja dan dengan Adat Istiadatnya.
Pada abad tersebut muncullah “Sayyed Jalaluddin” yang juga keturunan ke 27 Rasulullah SAW. Beliau datang dan menyebarkan agama Islam di Kerajaan Gowa dan mempersunting Putri Kerajaan Gowa yang bernama Yacara Daeng Tamami. Dan beliau pindah ke Kerajaan Laikang dengan mengendarai selambar Sajadah diatasnya membawa beberapa Kitab dan sebuah Cerek.
Sayyed Jalaluddin dikenal menyebarkan agama Islam dikawasan Timur Indonesia dan mendarat di Kerajaan Gowa kemudian ke daerah Cikoang, Laikang.
Sayyed Jalaluddin mempunyai keturunan yang bernama Sayyed Umar Tuanta Toaya dan Sayyed Sahabuddin Tuanta Loloa.
Di Kerajaan Gowa, Sayyed Jalaluddin adalah guru pertama “SYEK YUSUF”. (Tuanta Salamaka) dalam mempelajari ilmu-ilmu Islam. Pada saat itu Sayyed Sahabuddin menikahi seorang Perempuan yang bernama Syarifah Tuang Baenea dan dikaruniai anak laki-laki bernama Sayyed Sirajuddin. Sedangkan Saudaranya Sayyed Umar Tuanta Toaya menikahi seorang gadis melayu yang bernama Ince Raiya.
Di Akhir kepemimpinan Raja Laikang “Andi Makkasaung Ri Langi”, Beliau mengangkat Putri pertamanya bernama Compong Leko Daeng Karaeng sebagai Raja ke 6 di Kerajaan Laikang.
Pada masa Pemerintahan Compong Leko Daeng Karaeng, di Kerajaan Gowa terjadi peperangan sengit melawan Belanda.
Raja Gowa pada waktu itu meminta kepada Kerajaan Laikang untuk ikut membantu mengusir penjajah ditanah Makassar khususnya di Kerajaan Gowa. Tanpa mengulur waktu, Raja Laikang yang dipimpin langsung oleh Compong Leko Daeng Karaeng membawa Pasukannya ke kerajaan Gowa, Sesampai di Kerajaan Gowa disambutlah oleh Sombayya Ri Gowa.
Kemudian Sombayya Ri Gowa berkata “Apakah tidak ada lagi leleki pemberani di Kerajaan Laikang sehingga Raja Laikang mengutus perempuan yang ikut membantu Kerajaan Gowa memimpin pasukan untuk berperang. Maka saat itu Raja Laikang Compong Leko Daeng Karaeng merasa malu dan langsung pulang ke Kerajaan Laikang.
Sesampai di Kerajaan Laikang, Beliau langsung mengumpulkan Punggawa Kerajaan dan kerabatnya untuk membahas perkataan Sombayya Ri Gowa. Dan saat itu juga Compong Leko Daeng Karaeng berkata “LIPA LALANG KALENGKU KU PASULUKANGI, INAI-NAI ERO’ AMPAENTENGI SIRI’NA LAIKANG ASSAMBEANGA MAE A’BUNDU RI BUTTA GOWA, KUSAREANGI KERAJAANKU MANGE RI IYA. Artinya, “Sarung yang ada di Badanku akan Ku keluarkan kepada siapa saja yang berani menggantikan saya memimpin peperangan membantu Raja Gowa maka saya akan memberikan Tahta Kerajaan ini dan menjadi Raja Laikang.” Saat itu juga berdirilah seorang pemuda yang bernama Sayyed Jafar Sadiq yang tak lain adalah keponakannya sendiri yaitu anak dari Ranjabila Daeng Ti’no dan Ayahnya bernama Sayyed Sirajuddin cucu kandung dari Sayyed Jalaluddin. Maka pada saat itu juga dilantiklah Sayyed Jafar Sadiq menjadi Raja pertama Laikang dari keturunan Sayyed. Dan beliau adalah Raja Ke 7 Laikang.
Keesokan harinya berangkatlah Sayyed Jafar Sadiq bersama Tubarani / Pasukannya menuju Kerajaan Gowa untuk membantu peperangan di Kerajaan Gowa dan dalam pertempuran tersebut beliau berhasil / Menang dan Sombayya Ri Gowa sangat berterima kasih kepada Sayyed Jafar Sadiq. Dan disaat itu pula mulailah hubungan kekeluargaan antara Raja Gowa dan Raja Laikang beserta seluruh Raja-Raja yang ikut membantu kerajaan Gowa mulai membaik dan saling mengenal..
Selama Pemrintahan Jafar Sadiq beliau memerintah dengan bijak dan disenangi oleh Rakyatnya. Kemudian Beliau wafat dan digantikan oleh keturunannya yaitu Sayyed Muhammad Patadang Daeng Ri Boko sebagai Raja ke 8. Kemudian Raja ke 9 bernama Sayyed Tikollah Daeng Leo setelah itu Raja ke 10 bernama Sayyed Muhammad Cincing diteruskan oleh raja ke 11 bernama Sayyed Muhammad Patadang Daeng Ri Boko setalah itu Raja ke 12 bernama Sayyed Manyyingarri. Dilanjutkan dengan Raja ke 13 bernama Andi Parawansyah dan Raja ke 14 bernama H.Andi Lomba Parawansyah (Karaeng Lomba) dan dilanjutkan oleh anaknya H.Andi Sukwansyah A.Lomba Karaeng Nojeng sebagai Raja ke 15.
Raja pertama Kerajaan Laikang dipimpin oleh Karaeng TUNIPASSAYYA,
Raja kedua bernama ARU CINA dan Raja ke Tiga adalah PETTA PANGGAUKA.
Petta Panggauka mempunyai Permaisuri bernama BASSE DAENG NGALUSU dan dikaruniai oleh anak perempuan bernama MAMMINASA DAENG ROSO.
Pada pemerintahan Raja ke Tiga, Kerajaan LAIKANG tenteram dan damai. Beliau memimpin Kerajaan kurang lebih 30 Tahun lamanya dan setelah itu digantikan oleh putrinya (Raja Ke 4) yang bernama MAMMINASA DAENG ROSO.
Pada masa pemerintahan Mamminasa Daeng Roso (Raja Ke 4) Kerajaan Laikang dilanda musibah dan bencana silih berganti. Raja Mamminasa Daeng Roso tidak mampu memimpin Kerajaan Laikang dan menyerahkan Tampuk Pimpinan ke Kelembagaan Adat yang pada saat itu bernama “BAKU APPAKA (Pati). Pada saat itu terjadi pertemuan antara Raja Laikang dan Kelembagaan adat dan menghasilkan kesepakatan yaitu mengutus TELIK SANDI ke Kerajaan BONE untuk mencari pemuda yang pantas menjadi Raja Laikang.
Singkat cerita Telik Sandi tersebut kembali dari Kerajaan Bone dengan membewa kabar bahwa ada seorang pemuda yang pantas menjadi Raja Laikang. Pemuda tersebut adalah bangsawan dari Kerajaan Bone yang bernama “Andi Makkasaung Rilangi” Putra dari Andi Mappatunru Puang ta Opu dan Ibunya bernama “Tanri Olle Datunna Sabang”. Sedangkan kakek dari pemuda tersebut bernama “Andi Tunru Puang Tunisombayya.” Pada saat itulah Raja Laikang ke 4 mengutus Baku Appaka (Lembaga Adat) untuk mencari pemuda tersebut di Kerajaan BONE. Yang diutus pada saat itu bernama Barumbung Daeng Tale (Utusan Kerajaan Laikang) dengan membawa pasukan kerajaan Bone dengan menempuh perjalanan 3 hari lamanya. Sesampainya di Kerajaan Bone utusan tersebut disambut oleh Mangkauka Ri Bone. Dan pada saat itu juga berlangsung acara Adat.
Semua Pemuda-pemuda yang gagah berani dan dari bangsawan kerajaan Bone berkumpul untuk mengadu kesaktian. Disitulah terlihat pemuda yang bernama Andi Makkasaung Ri Langi dengan memakai Pantoro dan sarung Sutera.
Setelah acara Adat selesai, Utusan dari kerajaan Laikang mendekati Pemuda tersebut dan meminta untuk menjadi Raja Laikang. Maka Pemuda tersebut mengajak kerumahnya untuk bertemu sekaligus menyampaikan ke kedua orang tuanya.
Pada saat itu orang tua dari Andi Makkasaung Ri Langi menyetujui dan Beliau berkata “Kerajaan Bone dan Kerajaan Laikang masih ada hubungan darah dari simbol Kerajaan yaitu TALLUNG BOCCOA RI BONE (Mangkauka Ri Bone) dengan Simbol Kerajaan Laikang GARUDAYA RI LAIKANG.
Tanpa mengulur waktu, keesokan harinya Andi Makkasaung Ri Langi mempersiapkan Perahunya yang bernama “LESSA LASARANG KEKEA” Andi Makkasaung Ri Langi meminta kepada utusan Barumbung Daeng Tale dan rombongannya untuk ikut dengan Beliau. Dan Naiklah semua ke Perahu dengan menempuh perjalanan laut. Disinilah Andi Makkasaung Ri langi menunjukkan kesaktiannya dengan mengayung tiga kali, perahu tersebut sampai di pantai Kerajaan Laikang yang bernama PUNTONDO.
Sesampai di Kerajaan Laikang, Andi Makkasaung Ri Langi disambut dengan acara Adat. Berselang dua hari Raja Laikang yang bernama Mamminasa Daeng Roso menyerahkan Tahtanya ke Pemuda tersebut yang tidak lain bernama Andi Makkasaung Ri Langi sekaligus mempersunting Mamminasa Daeng Roso.
Pernikahan tersebut dikaruniai tiga orang anak.masing-masing bernama,
Compong Leko Daeng Karaeng. (Anak Pertama)
aeng Muntu (Anak ke dua) dan
anjabila Daeng Matino (Anak ke Tiga)
Selama kepemimpinan Andi Makkasaung Ri Langi sebagai Raja kelima, Kerajaan Laikang semakin terkenal dengan kesaktian Raja dan dengan Adat Istiadatnya.
Pada abad tersebut muncullah “Sayyed Jalaluddin” yang juga keturunan ke 27 Rasulullah SAW. Beliau datang dan menyebarkan agama Islam di Kerajaan Gowa dan mempersunting Putri Kerajaan Gowa yang bernama Yacara Daeng Tamami. Dan beliau pindah ke Kerajaan Laikang dengan mengendarai selambar Sajadah diatasnya membawa beberapa Kitab dan sebuah Cerek.
Sayyed Jalaluddin dikenal menyebarkan agama Islam dikawasan Timur Indonesia dan mendarat di Kerajaan Gowa kemudian ke daerah Cikoang, Laikang.
Sayyed Jalaluddin mempunyai keturunan yang bernama Sayyed Umar Tuanta Toaya dan Sayyed Sahabuddin Tuanta Loloa.
Di Kerajaan Gowa, Sayyed Jalaluddin adalah guru pertama “SYEK YUSUF”. (Tuanta Salamaka) dalam mempelajari ilmu-ilmu Islam. Pada saat itu Sayyed Sahabuddin menikahi seorang Perempuan yang bernama Syarifah Tuang Baenea dan dikaruniai anak laki-laki bernama Sayyed Sirajuddin. Sedangkan Saudaranya Sayyed Umar Tuanta Toaya menikahi seorang gadis melayu yang bernama Ince Raiya.
Di Akhir kepemimpinan Raja Laikang “Andi Makkasaung Ri Langi”, Beliau mengangkat Putri pertamanya bernama Compong Leko Daeng Karaeng sebagai Raja ke 6 di Kerajaan Laikang.
Pada masa Pemerintahan Compong Leko Daeng Karaeng, di Kerajaan Gowa terjadi peperangan sengit melawan Belanda.
Raja Gowa pada waktu itu meminta kepada Kerajaan Laikang untuk ikut membantu mengusir penjajah ditanah Makassar khususnya di Kerajaan Gowa. Tanpa mengulur waktu, Raja Laikang yang dipimpin langsung oleh Compong Leko Daeng Karaeng membawa Pasukannya ke kerajaan Gowa, Sesampai di Kerajaan Gowa disambutlah oleh Sombayya Ri Gowa.
Kemudian Sombayya Ri Gowa berkata “Apakah tidak ada lagi leleki pemberani di Kerajaan Laikang sehingga Raja Laikang mengutus perempuan yang ikut membantu Kerajaan Gowa memimpin pasukan untuk berperang. Maka saat itu Raja Laikang Compong Leko Daeng Karaeng merasa malu dan langsung pulang ke Kerajaan Laikang.
Sesampai di Kerajaan Laikang, Beliau langsung mengumpulkan Punggawa Kerajaan dan kerabatnya untuk membahas perkataan Sombayya Ri Gowa. Dan saat itu juga Compong Leko Daeng Karaeng berkata “LIPA LALANG KALENGKU KU PASULUKANGI, INAI-NAI ERO’ AMPAENTENGI SIRI’NA LAIKANG ASSAMBEANGA MAE A’BUNDU RI BUTTA GOWA, KUSAREANGI KERAJAANKU MANGE RI IYA. Artinya, “Sarung yang ada di Badanku akan Ku keluarkan kepada siapa saja yang berani menggantikan saya memimpin peperangan membantu Raja Gowa maka saya akan memberikan Tahta Kerajaan ini dan menjadi Raja Laikang.” Saat itu juga berdirilah seorang pemuda yang bernama Sayyed Jafar Sadiq yang tak lain adalah keponakannya sendiri yaitu anak dari Ranjabila Daeng Ti’no dan Ayahnya bernama Sayyed Sirajuddin cucu kandung dari Sayyed Jalaluddin. Maka pada saat itu juga dilantiklah Sayyed Jafar Sadiq menjadi Raja pertama Laikang dari keturunan Sayyed. Dan beliau adalah Raja Ke 7 Laikang.
Keesokan harinya berangkatlah Sayyed Jafar Sadiq bersama Tubarani / Pasukannya menuju Kerajaan Gowa untuk membantu peperangan di Kerajaan Gowa dan dalam pertempuran tersebut beliau berhasil / Menang dan Sombayya Ri Gowa sangat berterima kasih kepada Sayyed Jafar Sadiq. Dan disaat itu pula mulailah hubungan kekeluargaan antara Raja Gowa dan Raja Laikang beserta seluruh Raja-Raja yang ikut membantu kerajaan Gowa mulai membaik dan saling mengenal..
Selama Pemrintahan Jafar Sadiq beliau memerintah dengan bijak dan disenangi oleh Rakyatnya. Kemudian Beliau wafat dan digantikan oleh keturunannya yaitu Sayyed Muhammad Patadang Daeng Ri Boko sebagai Raja ke 8. Kemudian Raja ke 9 bernama Sayyed Tikollah Daeng Leo setelah itu Raja ke 10 bernama Sayyed Muhammad Cincing diteruskan oleh raja ke 11 bernama Sayyed Muhammad Patadang Daeng Ri Boko setalah itu Raja ke 12 bernama Sayyed Manyyingarri. Dilanjutkan dengan Raja ke 13 bernama Andi Parawansyah dan Raja ke 14 bernama H.Andi Lomba Parawansyah (Karaeng Lomba) dan dilanjutkan oleh anaknya H.Andi Sukwansyah A.Lomba Karaeng Nojeng sebagai Raja ke 15.