- Sejarah Dinamika Kelompok
Sejarah munculnya dinamika kelompok
dapat diuraikan sebagai berikut:
- Zaman Yunani
- Zaman liberalisme
- Zaman ilmu jiwa bangsa-bangsa
- Zaman gerakan massa
- Zaman psikologi sosial
- Zaman dinamika kelompok
Erich Fromm mengawali kegiatan
penyelidikannya yang disusun dalam buku Escape From Freedom untuk
menunjukkan perlunya individu bekerja sama dengan individu lain, hingga timbul
solidaritas dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan karena terdorong oleh adanya
keinginan individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan ketika hasrat
kepastian ini hanya diperoleh apabila masing-masing individu memiliki rasa
solidaritas. Moreno mengemukakan bahwa perlunya kelompok-kelompok kecil seperti
keluarga, regu kerja, regu belajar, ketika di dalam kelompok itu terdapat
suasana saling menolong, hingga kohesi menjadi kuat, dan kelompok yang makin
kuat kohesinya, makin kuat moralnya. Kurt Lewin menyimpulkan bahwa
tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok yang menjadi anggotanya.
Jadi jelaslah bahwa kelompok itu memang benar-benar mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan individu.
Di dalam buku Group Dynamic
yang disusun oleh Cartwright dan Zender, disebutkan bahwa dinamika kelompok
sebenarnya adalah bidang eksperimen, walaupun sifatnya cenderung mengarah pada
persoalan psikologi.
e.
Definisi Dinamika Kelompok
Pengertian dinamika kelompok dapat
diartikan melalui asal katanya, yaitu dinamika dan kelompok.
- Pengertian dinamika
Dinamika adalah sesuatu yang
mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat
menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya
interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara
keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat
kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh
karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok
yang bersangkutan dapat berubah.
- Pengertian kelompok
Kelompok adalah kumpulan orang-orang
yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan
mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y. Sprott mendefinisikan kelompok sebagai
beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin berpendapat ”the
essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but
their interdependence”. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu
unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat
dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi. Interaksi antar
anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila masing-masing anggota
kelompok:
a.
Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut
b.
Adanya saling menghomati di antara anggota-anggotanya
c.
Adanya saling menghargai pendapat anggota lain
d.
Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota kelompok
Menurut Reitz (1977) kelompok
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.
Terdiri dari dua orang atau lebih
2.
Berinteraksi satu sama lain
3.
Saling membagi beberapa tujuan yang sama
4.
Melihat dirinya sebagai suatu kelompok
Kesimpulan dari berbagai pendapat
ahli tentang pengertian kelompok adalah kelompok tidak terlepas dari elemen
keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan bersama.
- Pengertian dinamika kelompok
Dinamika kelompok merupakan
suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan
psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat
berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok
juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang
selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang
selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
1.
Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok
lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai
2.
Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan
saling menghargai pendapat orang lain
3.
Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok
4.
Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.
Proses dinamika kelompok mulai dari
individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang
yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok.
Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk
mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai mencair,
proses ini disebut sebagai “ice breaking”. Setelah saling
mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai
memanas, proses ini disebut ”storming”. Storming akan
membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu
mengalami ”forming”. Setiap kelompok harus ada aturan main yang
disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua
anggota kelompok, proses ini disebut ”norming”. Berdasarkan
aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini
disebut ”performing”. Secara singkat proses dinamika kelompok
dapat dilihat pada gambar berikut:
F.
Alasan pentingnya dinamika kelompok:
1.
Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat
2.
Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya
3.
Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat
terlaksana dengan baik
4.
Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat
bekerja dengan efektif
- Pendekatan-pendekatan Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok seperti disebutkan
di bagian awal, menjadi bahan persaingan dari para ahli psikologi, ahli
sosiologi, ahli psikologi sosial, maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok
sebagai eksperimen. Hal tersebut membawa pengaruh terhadap
pendekatan-pendekatan yang ada dalam dinamika kelompok.
1.
Pendekatan oleh Bales dan Homans
Pendekatan ini mendasarkan pada
konsep adanya aksi, interaksi, dan situasi yang ada dalam kelompok. Homans
menambahkan, dengan adanya interaksi dalam kelompok, maka kelompok yang
bersangkutan merupakan sistem interdependensi, dengan sifat-sifat:
- Adanya stratifikasi kedudukan warga
- Adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain
- Adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh faktor-faktor dari luar.
2.
Pendekatan oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih menekankan pada
sifat-sifat kepemimpinan dalam bentuk organisasi formal. Stogdill menambahkan
bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktivitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan
kelompok. Kelompok terorganisir yang dimaksud disini adalah kelompok yang
tiap-tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian
tugas untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.
3.
Pendekatan dari ahli Psycho Analysis (Sigmund Freud dan Scheidlinger)
Scheidlinger berpendapat bahwa
aspek-aspek motif dan emosional memegang peranan penting dalam kehidupan
kelompok. Kelompok akan terbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antar
anggota kelompok, demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga
pemersatu dala kelompok, sehingga kelompok tersebut semakin kokoh. Freud
berpendapat bahwa di dalam setiap kelompok perlu adanya kesatuan kelompok, agar
kelompok tersebut dapat berkembang dan bertahan lama. Kesatua kelompok akan
terbentuk apabila tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama
antara anggota yang satu dengan yang lain.
4.
Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Yennings mengungkapkan konsepsinya
tentang pilihan bebas, spontan, dan efektif dari anggota kelompok yang satu
terhadap angota kelompok yang lain dalam rangka pembentukan ikatan kelompok.
Moreno membedakan antara psikhe group dan sosio group
sebagai berikut:
- Psikhe group merupakan suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpati, atau antipati antar anggota
- Sosio group merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak luar.
Yennings menambahkan bahwa
pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila pembentukan Sosio group disesuaikan
dengan Psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi
kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.
- FUNGSI DINAMIKA KELOMPOk
1.
Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan
(individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat)
2.
Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada
saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)
3.
Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah
dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu
untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien
(dalam dinamika kelompok pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian
kelompoknya masing-masing)
4.
Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat
memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang
sama dalam masyarakat.
- KELOMPOK SOSIAL
- Macam-macam Kelompok
Individu sebagai makhluk sosial
tidak bisa dihindarkan dengan interaksi sosial dan bentuk-bentuk interaksi
sosial. Individu juga tidak bisa dilepaskan dari situasi tempat ia berada dan
situasi ini sangat berpengaruh terhadap kelompok yang tertbentuk akibat situasi
tersebut. Situasi yang dihadapii individu terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1.
Situasi kebersamaan
Situasi kebersamaan didefinisikan sebagai
suatu situasi berkumpulnya sekumpulan individu secara bersama-sama. Situasi
kebersamaan menimbulkan kelompok kebersamaan, yaitu suatu kelompok individu
yang berkumpul pada suatu ruang dan waktu yang sama, tumbuh dan mengarahkan
tingkah laku secara spontan. Kelompok ini sering juga disebut massa atau crowd.
Menurut kinch, ciri-ciri massa adalah:
- Bertanggung jawab dalam waktu yang relatif pendek
- Pesertanya berhubunga secara fisik (misal berdesak-desakan)
- Kurang adanya autran yang terorganisir
- Interaksinya bersifat spontan
Brown membagi kerumunan massa/
crowd menjadi dua golongan, yaitu Mobs dan Audience. Mobs
merupakan suatu kerumunan aktif yang meyebabkan kerusakan-kerusakan, sedangkan Audience
merupakan terbentuknya suatu kelompok karena adanya penggerak yang sama.
2.
Situasi kelompok sosial
Situasi kelompok sosial
didefinisikan sebagai suatu situasi ketika terdapat dua individu atau lebih
mengadakan interaksi sosial yang mendalam satu sama lain. Situasi kelompok
sosial ini akan melahirkan terbentuknya kelompok sosial, artinya suatu kesatuan
sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih individu yang telah mengadakan
interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu
sudah terdapat pembagian tugas, struktur, norma-norma tertentu. Kelompok sosial
secara umum diikat oleh faktor-faktor berikut ini:
- Bagi anggota kelompok, suatu tujuan yang realistis, sederhana, dan memiliki nilai keuntunganbagi individu
- Masalah kepemimpinan dalam kelompok cukup berperan dalam menentukan kekuatan ikatan antar anggota
- Interaksi dalam kelompok secara seimbang merupakan alat perekat yang baik dalam membina kesatuan dan persatuan anggota.
Situasi kelompok sosial dapat
menimbulkan bermacam-macam kelompok sosial, sebagai berikut:
- Charles H. Cooley membagi menjadi:
1). Kelompok primer (primary
group), suatu kelompok yang anggota-anggotanya mempunyai hubungan/interaksi
yang lebih intensif dan lebih erat antar anggotanya. Contoh: keluarga, rukun tetangga/kelompok
kawan sepermainan, kelompok agama.
2). Kelompok sekunder (secondary
group), suatu kelompok yang anggota-anggotanya saling mengadakan hubungan
yang tidak langsung, berjauhan (pertemuan tidak harus face to face) dan
formal, dan kurang bersifat kekeluargaan. Contohnya: partai politik,
perhimpunan serikat kerja.
- Moreno membagi menjadi:
1). Psikhe group,
beberapa orang yang berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai kesadaran
psikologis dan menerima mereka sebagai kelompok
2). Socio group,
berhubungan dengan posisi sosial, aturan dan status dari anggota kelompok
- Crèch dan Curtchfield membagi menjadi:
1). Kelompok stabil, kelompok yang
strukturnya ters tetap, tidak berubah dalam jangka waktu yang cukup lama
2). Kelompok tidak stabil, kelompok
yang mengalami perubahan progresif meskipun tanpa terdapat variasi-variasi yang
cupuk penting dari situasi eksternal.
- French membagi menjadi:
1). Kelompok terorganisir, kelompok
yang menunjukkan secara tegas, lebih memiliki kebebasan sosial, perasaan kita,
saling ketergantungan, kesamaan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok,
motivasi, frustasi dan agresi terhadap anggota kelompok yang lain
2). Kelompok tidak terorganisir,
kelompok yang sedikit sekali kemungkinan bahwa individu akan dipengaruhi oleh
apa yang dikerjakan orang lain
- Berdasarkan tingkat keformalan kelompok dibagi menjadi
1). Kelompok formal/kelompok resmi,
suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk pelaksanaan dan realisasi
tugas tertentu, anggota-anggotanya diangkat dan dilegimitasi oleh suatu
badan/organisasi. Kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan serta anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga. Contohnya adalah komite, panitia, organisasi
pemuda.
2). Kelompok informal, kelompok yang
terbentuk dari proses interaksi, daya tarik dan kebutuhan-kebutuhan seseorang.
Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat atau dilegalisasikan dalam
pernyataan normal. Kelompok ini tidak didukung oleh peraturan atau anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga. Kelompok ini bisa berkembang dalam kelompok
formal, karena adanya beberapa anggota yang secara tertentu memiliki
nilai-nilai yang perlu dibagi dengan sesama anggota.
- Definisi dan Ciri-ciri Kelompok Sosial
Definisi kelompok sosial dikemukan
beberapa ahli seperti:
- Muzafer Sherif
Kelompok sosial adalah kesatuan
sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan
interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu
itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu.
- Crech dan Curtchfield
Kelompok sosial didefinisikan
sebagai sistem yang terintegrasi yang terbentuk karena adanya hubungan
psikologis untuk menyelesaikan keadaan secara obyektif.
- S.S.Sargent
Penggambaran kelompok sosial
dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, misal berdasarkan ukuran kelompok,
jumlah anggota yang ada, distribusi geografik,dll.
- Newcomb, Turner, dan Converse
Sejumlah orang-orang, dilihat
sebagai kesatuan tunggal, merupakan satu kelompok sosial, terutama mempunyai
perhatian terhadap interaksi kelompok dan terhadap ciri-cirinya yang relatif
stabil.
Secara ringkas dapat disimpulkan
bahwa kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari dua
atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial agar dapat terjadi
pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.
Secara umum, Baron dan Byrne
mengungkapkan bahwa sebuah kelompok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1.
Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain
2.
Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi perilaku
anggota yang lain
3.
Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu,
bulan dan tahun)
4.
Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota
5.
Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga
mereka memiliki set peran
6.
Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
Suatu kelompok bisa disebut sebagai
kelompok sosial apabila memiliki ciri-ciri berikut ini:
1.
Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain
(dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan yang sama)
2.
Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan
yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang
terlibat di dalamnya.
3.
Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas
dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing
4.
Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur
interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.
5.
Berlangsungnya suatu kepentingan
6.
Adanya pergerakan yang dinamik
- Pembentukan dan Efektifitas Kelompok Sosial
1.
Pembentukan kelompok
Pembentukan kelompok merupakan salah
satu langkah awal terjadinya interaksi antar individu satu dengan yang lain,
karena dengan terjadinya proses pembentukan kelompok akan terpenuhi kebutuhan
dalam berkelompok. Pembentukan sebuah kelompok dapat diawali dengan adanya
persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi
kebutuhannya.
Perubahan
Perpecahan
Penyesuaian
Proses pembentukan kelompok dimulai
dari adanya perasaan/persepsi yang sama untuk memenuhi kebutuhan, dari perasaan
ini akan muncul motivasi dalam memenuhi kebutuhan, kemudian menetukan
tujuan yang sama dan akhirnya terjadi interaksi, sehingga terwujudlah sebuah
kelompok. Pada tahap awal pembentukan kelompok ini akan ditentukan kedudukan
masing-masing individu, siapa yang menjadi ketua dan siapa yang menjadi
anggotanya. Dalam perjalanan kelompok akan terjadi interaksi antar anggota yang
memungkinkan terjadinya perpecahan (konflik), tapi konflik ini biasanya
bersifat sementara karena manfaat kelompok ini lebih besar, maka anggota akan
menyesuaikan diri karena kepentingan bersama dan setelah itu perubahan kelompok
akan mudah terjadi. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
saat proses pembentukan kelompok:
- Persepsi
Pembagian kelompok diharapkan
mempunyai kemampuan yang berimbang, apabila ada anggota yang mempunyai tingkat
intelegensi rendah, maka anggota yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi
mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang
mencolok.
- Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang
akan memotivasi setiap anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat, dalam
mencapai tujuan kelompok.
- Tujuan
Pembentukan kelompok diantaranya
adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu dengan
menggunakan metode diskusi ataupun kerjasama, seahingga di sini suatu kelompok
memiliki tujuan yang sama dengan tujuan anggotanya.
- Organisasi
Pengorganisasian dimaksudkan
untuk mempermudah koordinasi, sehingga penyelesaian masalah kelompok
menjadi lebih efektif dan efisien.
- Independensi
Kebebasan merupakan hal penting
dalam dinamika kelompok, yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan
anggota kelompok dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Kebebasan disesuaikan
dengan aturan yang berlaku dalam kelompok, sehingga tidak mengganggu proses
kelompok.
- Interaksi
Interaksi/hubungan timbal balik
antar anggota kelompok merupakan syarat yang penting dalam kelompok, karena
dengan adanya interaksi/hubungan timbal balik akan ada proses memberi dan
menerima ilmu pengetahuan dari satu anggota ke anggota yang lain,
sehingga transfer ilmu dapat berjalan (kebutuhan akan informasi terpenuhi).
Proses pembentukan kelompok dapat
dilihat dari beberapa teori:
- Teori kedekatan
Menganggap sesorang berhubungan
dengan orang lain karena adanya kedekatan ruang dan daerah.
- Teori aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi, sentimen-sentimen/perasaan atau emosi (menurut homans)
Ketiga elemen tersebut satu sama
lain berhubungan secara langsung. Dikutip dari Miftah Toha tentang
elemen-elemen tersebut:
a). Semakin banyak aktivitas
seseorang yang dilakukan dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan
semakin kuat tumbuhnya perasaan/emosi mereka.
b). Semakin banyak interaksi semakin
banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain
c). Semakin banyak aktivitas dan
sentimen yang ditularkan pada orang lain, semakin banyak sentimen dipahami
orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan
interaksi.
- Teori keseimbangan (a balance theory of group formation) dari Newcomb
Seseorang tertarik kepada yang lain
didasarkan atas kesamaan sikap dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu
sama lain. Teori ini menekankan pada aspek psikologis dalam proses pembentukan
kelompok.
- Teori alasan praktis (practical theory) dari Reitz
Menekankan pada motif atau menelaah
maksud orang berkelompok, mengacu pada teori kebutuhan Maslow. ”The group
itself is the source of needs” (Kelompok itu sendiri mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri)
- Hipotesa pembentukan kelompok
–
Hipotesa I : Seseorang
menggabungkan diri dalam kelompok dengan tujuan memenuhi kebutuhannya.
–
Hipotesa II : Dekatnya kontak dan interaksi memberikan
kepada individu untuk menemukan kebutuhan untuk kepuasan yang dapat dicapai
melalui afiliasi dengan orang lain.
–
Hipotesa III : Tarikan interpersonal (interpersonal attraction)
adalah fungsi positif dan daya tarik fisik, kesamaan sikap, kesamaan
kepribadian, kesamaan ekonomi, kesamaan rasial, memahami kemampuan orang, dan
kebutuhan untuk kerukunan dan keharmonisan.
–
Hipotesa IV :Individu berkeinginan untuk berafiliasi dengan
orang lain yang kemampuannya sama atau lebih tinggi
–
Hipotesa V : Seseorang akan menggabungkan diri ke
dalam kelompok apabila mereka menemukan/menganggap bahwa aktivitas kelompok
menarik atau memberikan imbalan
–
Hipotesa VI : Seseorang akan menggabungkan diri dalam
kelompok, apabila dia menilai baik pada kelompok
–
Hipotesa VII :Ada kebutuhan untuk berafiliasi yang menyebabkan
keanggotaan di dalam kelompok memberikan suatu imbalan (menjadi anggota
kelompok memberikan suatu imbalan)
–
Hipotesa
VIII :Seseorang
akan menggabungkan diri di dalam kelompok, apabila dia
menerima/menilai/merasa bahwa ini sebagai sesuatu yang memenuhi
kebutuhan/memberikan kepuasan.
– Hipotesa
IX : Pengembangan kelompok mengikuti suatu
pola yang tetap
–
Hipotesa X : koalisi terbentuk di dalam situasi dimana
dua orang atau lebih mencapai imbalan yang lebih besar melalui kerja sama
daripada kalau bekerja sendiri-sendiri.
2.
Efektifitas kelompok sosial
Karakteristik kelompok yang efektif
adalah:
- Komunikasi dua arah
- Tujuan kelompok jelas dan diterima oleh anggota
- Partisipasi merata antar anggota
- Kepemimpinan didasarkan pada kemampuan dan informasi, buka posisi dan kekuasaan
- Kesepakatan diupayakan untuk keputusan yang penting
- Kontroversi dan konflik tidak diabaikan, diingkari atau ditekan
- Kesejahteraan anggota tidak dikorbankan hanya untuk mencapai tujuan
- Secara berkala anggota membahas efektivitas kelompok dan mendiskusikan cara memperbaiki fungsinya
Pendapat lain yang mengemukakan
tentang efektivitas kelompok adalah sebagai berikut:
a.
Menurut Floyd Ruch
Kelompok yang efektif menurut Floyd Ruch adalah:
1.
Keadaan fisik tempat/kelompok, seperti tersedianya fasilitas dan peralatan yang
dibutuhkan anggota.
2.
Rasa aman (Treat reduction), menyangkut ketentraman anggota untuk
tinggal di dalam kelompoknya, meliputi: tidak adanya ancaman, tidak ada saling
curiga dan tidak ada saling bermusuhan
3.
Distributive leadership
(kepemimpinan bergilir), adanya pemindahan kekuasaan untuk pengendalian dan
pengawasan terhadap kelompoknya.
4.
Goal formulation (perumusan tujuan), tujuan
merupakan tujuan bersama, yang menjadi arah kegiatan bersama, karena tujuan ini
merupakan integrasi dari tujuan individu masing-masing
5.
Flexibility (fleksibilitas), segala sesuatu yang
menyangkut kelompok dapat mengikuti perubahan yang terjadi tanpa adanya
pengorbanan.
6.
Consensus (mufakat), dengan mufakat yang
ada dalam kelompok, semua perbedaan pendapat dari anggota dapat teratasi
sehingga tercapai keputusan yang memuaskan berbagai pihak.
7.
Process awareness (kesadaran berkelompok), adanya
peran, fungsi, dan kegiatan masing-masing anggota dalam kehidupan berkelompok,
maka tiap-tiap anggota pasti timbul rasa kesadarannya terhadap kelompoknya,
terhadap anggota kelompok, dan pentingnya untuk berorientasi satu sama lain.
8.
Continual evaluation (penilaian yang kontinyu), kelompok
yang baik seringkali mengadakan penilaian secara kontinyu terhadap perencanaan
kegiatan dan pengawasan kelompok sehingga dapat diketahui tercapai/tidaknya
tujuan kelompok.
b.
Menurut Crech dan Curtchfield
1.
Merupakan suatu saluran pemenuhan kebutuhan afiliasi, yaitu kebutuhan berteman,
dukungan, dan cinta kasih.
2.
Merupakan suatu sarana mengembangkan, memperkaya, serta memantapkan harga diri
dan idealitasnya
3.
Merupakan sarana pencarian kepastian dan pengetes kenyataan kehidupan sosial
4.
Merupakan sarana untuk memperkuat perasaan aman, tenteram, dan berkuasa atas
kemampuannya dalam menghadapi musuh dan ancaman yang sama secara bersama
5.
Merupakan sarana ketika suatu tugas kerja dapat diselesaikan anggota yang
menerima beban tanggung jawab, seperti tugas pemberian informasi atau membantu
teman yang sakit.
Perbandingan kelompok efektif dan
kelompok yang tidak efektif
Faktor
|
Kelompok
efektif
|
Kelompok
inefektif
|
Atmosfer
|
Informal, relaks, nyaman, dimana
anggota bisa menunjukkan kesenangan dan keterlibatannya.
|
Tegang dan terkadang muncul kebosanan
|
Seting tujuan
|
Tujuan, tugas diklarifikasi,
dimengerti dan dimodifikasi, sehingga anggota bisa komitmen dan kooperatif
dengan tujuan kelompok
|
Tidak jelas, tidak dimengerti,
tujuan tidak mungkin dicapai
|
Kepemimpinan dan partisipasi
anggota
|
Ada pergantian tiap beberapa waktu
yang telah disepakati.
|
Didelegasikan atau berdasar
otoritas, pemimpin mendominasi kelompok, partisipasi anggota tidak seimbang
(anggota yang mempunyai otoritas lebih mendominasi)
|
Penekanan tujuan
|
Penekanan pada tiga fungsi kelompok
(pencapaian tujuan, pemeliharaan internal dan perkembangan)
|
Tidak ada penekanan tujuan
|
Komukasi
|
Terbuka dan dua arah. Di dorong
untuk mengeluarka ide dan perasaan (berhubungan dengan masalah dan perjalanan
kelompok)
|
Tertutup dan satu arah,
tidak semua ide diberi dorongan, tujuan individu berlawanan dengan tujuan
kelompok.
|
Pembuatan keputusan
|
Secara mufakat
|
Berdasar otoritas dalam kelompok
dengan partisipasi minimal dari anggota kelompok
|
Kohesi
|
Difasilitasi, saling percaya, dan
saling memberi dukungan
|
Saling mengabaikan
|
Toleransi konflik
|
Toleransi terhadap konflik tinggi,
adanya perbedaan/konflik dicari pemecahannya bersama
|
Toleransi terhadap konflik rendah,
usaha dilakukan untuk menghindar, mengingkari, menekan atau mengesampingkan
kontroversi
|
Kekuatan
|
Ditentukan oleh kemampuan anggota,
kekuatan sama
|
Ditentukan oleh kedudukan dalam
kelompok
|
Evaluasi
|
Sering, semua anggota berperan
dalam evaluasi dan pengambilan keputusan bagaimana meningkatkan fungsi
kelompok
|
Minimal, evaluasi kalau ada hanya
dilakukan oleh yang mempunyai otoritas tinggi
|
Kreatifitas
|
Didorong, difasilitasi untuk
aktualisasi diri dan keefektifan interpersonal
|
Tidak didorong, individu takut
|
- Kepemimpinan dalam Kelompok Sosial
Definisi kepemimpinan ada
bemacam-macam, antara lain:
- Carter dan Hampill, kepemimpinan adalah mengusahakan akan tindakannya, memelopori struktur interaksi dari orang-orang lain sebagai bagian dari proses pemecahan soal bersama
- Tannenbaum, kepemimpinan sebagai pengaruh antar orang dalam kancah situasi langsung melalui proses komunikasi yang terarah untuk memperoleh tujuan khusus dan tujuan umum
- Shaw me (1976), kepemimpinan merupakan suatu proses pengaruh yang ditujukan untuk mencapai tujuan
- Stogdill (1950), kepemimpinan merupakan proses yang mempengaruhi kegiatan kelompok untuk menetapkan tujuan dan mencapai tujuan
- Holander dan Julian (1969), kepemimpinan terbentuk karena hubungan pengaruh antara dua atau lebih orang yang saling tergantung satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama tertentu didalam situasi kelompok.
- Drs. Ngalim Purwanto, kepemimpinan adalah tindakan perbuatan diantara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang seorang maupun kelompok maju ke arah tujuan tertentu.
Pendekatan kepemimpinan
a.
Pendekatan sifat-sifat (trait approach)
Usaha ini digunakan untuk mengetahui
sifat-sifat pemimpin yang meliputi intelek, hubungan sosial, keadaan emosi,
keadaan fisik yang tinggi imajinasi,kekeuatan jasmani, kesabaran, kemauan
berkorban, suka bekerja keras, dsb
b. Pendekatan
tingkah laku (behavioral approach)
Pendekatan ini memandang bahwa
kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku dan cirri-ciri pemimpin.
Tujuan
kepemimpinan
Tujuan kepemimpinan meliputi tujuan
organisasi, tujuan kelompok, tujuan pribadi anggota kelompok, dan tujuan
pribadi pemimpin.
1.
Tujuan organisasi dimaksudkan untuk memajukan organisasi yang bersangkutan dan
menghindari diri dari maksud-maksud yang irasional organisasi yang ada.
2.
Tujuan kelompok dimaksudkan untuk menanamkan tujuan kelompok pada masing-masing
anggota sehingga tujuan kelompok dapat segera tercapai.
3.
Tujuan pribadi anggota kelompok maksudnya untuk memberi pengajaran, pelatihan,
penyuluhan, konsultasi bagi tiap anggota kelompok sehingga anggota kelompok
dapat mengembangkan pribadinya.
4.
Tujuan pribadi pemimpin maksudnya untuk memberi kesempatan pada pimpinan
berkembang dalam tugasnya, seperti mempengaruhi, memberi nasehat, dsb.
Fungsi kepemimpinan:
Membantu kelompok:
- Menentukan kegunaan dan tujuan
- Memfokuskan diri pada proses kerja secara bersama
- Lebih waspada/memperhatikan akan sumber-sumber yang dimiliki, dan cara yang terbaik untuk memanfaatkannya
- Mengevaluasi kemajuan dan perkembangan
- Menjadi terbuka untuk ide baru dan ide yang berbeda, tanpa menjadi berhenti karena konflik
- Belajar baik dari kegagalan dan frustasi, maupun dari keberhasilan
Macam-macam kepemimpinan
Macam-macam kepemimpinan banyak
dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain:
a.
Lippite dan Whyte
1). Kepemimpinan
otokrasi : ketentuan dibuat oleh pimpinan, tingkah
laku dari kegiatan kelompok diputuskan oleh pimpinan, pimpinan selalu
memberikan tugas pada setiap anggota, pimpinan dapat memuji atau mencela
pekerjaan anggota.
2). Kepemimpinan demokratis:
segala kegiatan kelompok dibicarakan dan didiskusikan bersama, anggota bebas
bekerja dengan siapa saja, pimpinan memuji dan mencela anggota secara obyektif,
pimpinan berusaha, bersikap, dan berbuat seperti anggota.
3). Kepemimpinan
liberal : pimpinan jarang ikut campur dalam kegiatan anggota; pimpinan
menyiapkan kebutuhan bagi anggota; pembagian tugas dan kerja sama diserahkan
anggota; pimpinan tidak memberikan komentar selama kelompok melaksanakan
kegiatan, kecuali diminta pendapatnya.
b. Max
Weber
1). Kepemimpinan kharismatik : kepemimpinan yang diangkat berdasarkan kepercayaan yang
datang dari lingkungannya.
2). Kepemimpinan tradisional: bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat atas dasar
tradisi yang berlaku pada masyarakat.
3). Kepemimpinan
rasional legal : bentuk kepemimpinan yang diangkat atas dasar pertimbangan
pemikiran tertentu dan penunjukan langsung.
c.
W.C Whyte
1). Kepemimpinan operasional : bentuk
kepemimpinan yang pimpinannya diangkat
atas dasar banyaknya inisiatif atau aktivitas yang dilaksanakannya.
2). Kepemimpinan popularitas : bentuk
kepemimpinan yang pimpinannya diangkat atas dasar kepopuleran (banyaknya
menerima pilihan) dari pemilihnya.
3). Kepemimpinan talent :
bentuk kepemimpinan berdasarkan kecakapan tertentu yang dimiliki oleh
seseorang.
4). Kepemimpinan perwakilan : bentuk
kepemimpinan yang diangkat menjadi wakil dari kelompok tertentu sehingga ada
pimpinan pusat yang merupakan gabungan pimpinan kelompok.
d.
Lingrend
1).
Kepemimpinan parental : bentuk
kepemimpinan yang pimpinannya bersikap sebagai keluarga.
2).
Kepemimpinan expert : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat berdasarkan
kecakapan atau keahlian yang dimiliki seseorang.
3). Kepemimpinan artist : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat berdasarkan
atas keterkenalan individu pada lingkunggannya
4).
Kepemimpinan manipulator : bentuk
kepemimpinan yang pimpinannya menggunakan pendukung untuk kepentingan pribadi.
e.
Keit Davis
1).
Kepemimpinan positif : bentuk
kepemimpinan yang pimpinannya menggiatkan kerja pengikutnya dengan jalan
memberi kepuasan hati mereka. Pimpinan tidak hanya memerintah, tapi juga
memberi penjelasan, menyediakan kebutuhan anggota, dan memberi kebebasan untuk
melaksanakan.
2). Kepemimpinan negatif : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya menggunakan kekuasaan
untuk mengancam atau menakut-nakuti agar anggota mengerjakan tugas mereka.
f.
Erich Fromm
1). Kepemimpinan menerima : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya bersedia menerima
segala sesuatau dari luar ketika menjalankan tugasnya.
2). Kepemimpinan
menyerang/menggunakan : bentuk
kepemimpinan yang pimpinannya menggunakan segala sesuatu dari luar dirinya
sebagai miliknya sendiri ketika menjalankan tugasnya.
3). Kepemimpinan menimbun : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya tidak bersedia menerima
hal-hal dari luar, tetapi selalu berusaha untuk menyampaikan dan mempertahankan
pendapatnya sendiri walaupun seringkali pendapatnya diambil dari luar dirinya
sesuai dengan kepentingannya.
4). Kepemimpinan memasarkan : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya merasa bahwa dirinya
sebagai orang yang serba pandai/tahu dan ia cenderung memimpin dengan imbalan
yang memadai.
5). Kepemimpinan produktif : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya sadar akan kemampuan
dirinya dan menggunakan kemampuannya untuk mendorong anggota sehingga tiap-tiap
anggota menjadi produktif.
Gaya kepemimpinan
- · Trait Theories of Leadership
Teori ini mengatakan seorang
pemimpin adalah dilahirkan dan tidak dibuat. Ciri-ciri pemimpin menurut teori
ini adalah : memiliki intelegensi lebih dari pada yang lain, kematangan sosial
dan pengetahuan luas, memiliki motivasi sendiri dan dorongan partisipasi, sikap
untuk menyakinkan hubungan dengan orang lain.
- ·Group and Exchange Theories of Leadership
Seseorang dapat menjalankan perannya
sebagai pemimpin apabila ia dapat memenuhi harapan kelompok untuk mencapai
tujuan kelompok serta memberikan hadiah (reward) untuk hal-hal lain.
- ·Fleder Contingency Model of Leadership
Teori ini mengatakan adanya hubungan
antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang menguntungkan dalam kelompok.
- ·Path Goal Leadership Theory
Teori ini mengatakan ada pengaruh
dari tingkah laku pemimpin yang dapat memotivasi bawahan, kepuasan kerja, serta
aktivitas bawahan. Menurut Robert Hause menerangkan bahwa gaya kepemimpinan
meliputi hal berikut:
1). Directive leadership/gaya
otoriter : pemimpin berfungsi sebagai petunjuk terhadap anggota kelompok
sehingga sehingga pemimpin kurang bisa berpartisipasi penuh
2). Supportive leadership : pemimpin memiliki sifat ramah, mudah mengadakan
pendekatan, serta memperhatikan kesadaran kemanusiaan yang tinggi kepada
kelompoknya.
3). Participative leadership : pemimpin tidak hanya meminta dan menggunakan saran-saran
anggota, tapi juga membuat keputusan dalam rangka pemecahan persoalan yang ada
dalam kelompok.
4). Achievement oriented leadership
:pemimpin menanamkan kesadaran
akan tantangan tujuan kelompok untuk anggota-anggota kelompok dan
menunjukkan sikap pada anggota bahwa dapat mencapai tujuan tersebut.
- ·Gaya kepemimpinan permanen dan situasional
Gaya kepemimpinan permanen bila :
memiliki prestasi yang tinggi, mengetahui apa kebutuhan kelompoknya, memiliki
kecakapan, memiliki kemampuan dalam pekerjaannya.
Gaya kepemimpinan situasional bila :
aktif berpartisipasi dalam setiap persoalan yang muncul dalam kelompok,
menunjukkan ketergantungan dari anggota kelompok lainnya, memiliki
ketegasan, lancar dalam mengemukakan pendapat, memiliki sikap yakin akan
dirinya sendiri, populer di dalam lingkungan kelompoknya.
Perbedaan kepemimpinan situasional
dengan kepemimpinan permanen adalah kepemimpinan situasional memiliki ikatan
psikologis dengan anggota kelompok, sedangkan faktor prestasi nomor dua.
Kepemimpinan permanen membutuhkan faktor prestasi untuk memperoleh
dukungan anggota kelompok.
Syarat-syarat pemimpin
Syarat-syarat pemimpin banyak
dikemukan oleh Floyd Ruch dan Stogdill
1.
Menurut Floyd Ruch
- Social perception, pemimpin harus dapat memiliki ketajaman dalam menghadapi situasi
- Ability in abstract thinking, pemimpin harus memiliki kecakapan secara abstrak terhadap masalah yang dihadapi
- Emotional stability, pemimpin harus memiliki perasaan yang stabil, tidak mudah terpengaruh dari pihak luar.
2.
Menurut Stogdill
- Tinggi dan besar, pimpinan yang tinggi besar umumnya terlihat lebih berwibawa dalam melaksanakan tugas.
- Berat badan, berat badan ideal akan menambah wibawa
- Fisik,energi dan kesehatan, pemimpin yang sehat mempunyai tenaga yang cukup untuk menjalankan kepemimpinannya
- Kegiatan, pemimpin yang mempunyai banyak kegiatan dalam tugasnya lebih sukses mencapai tujuan kelompok
- Intelegensi, intelegensi yang tinggi akan memudahkan untuk bergaul, berkegiatan dan memecahkan masalah yang dihadapi
- Kepercayaan diri, percaya diri yang tinggi mampu memimpin, sehingga anggota tampak lebih mantap melaksanakan tugas-tugas kelompok
- Kecakapan bergaul, pimpinan yang mempunyai kecakapan bergaul dengan anggotanya dapat mempermudah pelaksanaan tugas.
- Inisiatif dan ketekunan, sifat ini akan menghindarkan diri dari kesulitan yang dihadapi, sehingga tugas-tugas tetap berjalan lancar.
- Dominasi, sifat ini memudahkan ia menguasai kelompoknya dalam kondisi apapun kelompoknya.
- Surgensi, memiliki pandangan untuk kepentingan anggota lebih mudah memperoleh kepercayaan anggota dalam melaksanakan tugas.
- Perhatian pada situasi, memperhatikan situasi yang dihadapi kelompok, sehingga mudah untuk mengendalikan kelompoknya.
Tugas-tugas pemimpin
Tugas-tugas pemimpin dikemukakan
oleh Floyd Ruch, Ngalim Purwanto dan David W. Johson.
a.
Floyd Ruch
- Structuring the situation, pemimpin bertugas untuk memberi struktur yang jelas terhadap situasi rumit yang dihadapi kelompok
- Controlling group behaviour, pemimpin mengawasi tingkah laku anggota kelompoknya sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku
- Spokesman of the group, pemimpin dapat menjadi juru bicara sebagai wakil kelompoknya pada pihak luar.
b.
Drs. Ngalim Purwanto
- Menyelami kebutuhan dan keinginan kelompok
- Memilih kehendak yang realistis dari kelompoknya
- Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka
- Menemukan jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai kehendak tersebut
c.
David W. Johson
- Information and opinion giver, pemimpin adalah pemberi keterangan dan pendapat
- Information and opinion seeker, pemimpin sebagai pencari keterangan dan pendapat
- Strater, pemimpin dapat mengendalikan
- Direction giver, pemimpin sebagai pemberi tujuan kelompok yang ingin dicapai
- Summaizer, pemimpin sebagai pembuat ringkasan apa yang dikerjakan
- Coordinator, pemimpin sebagai koordinator kelompok dalam kegiatan kelompok
- Diagnoser, pemimpin sebagai penganalisis terhadap segala sesuatu yang dihadapi kelompok
- Energizer, pemimpin sebagai pengarah anggota kelompok ke arah kegiatan dan pencapaian tujuan kelompok
- Reallity tester, pemimpin juga memberikan ujian secara reakter terhdap kelompok
- Evaluator, pemimpin sebagai pemberi penilaian terhadap kegiatan kelompok dalam pencapaian tujuan.
Bentuk hubungan pemimpin dan
anggota
Menurut Moreno bentuk hubungan
kelompok ada tiga jenis, yaitu:
a.
Bentuk hubungan rantai (chains)
A
B
C D
A berhubungan dengan B, B
berhubungan dengan C, C berhubungan dengan D
b.
Bentuk hubungan bintang (star)
A
B
C
D
A berhubungan dengan D, B
berhubungan dengan C
c.
Bentuk hubungan jala (network)
A
B
F
C
E
D
G
H
I
A dapat menghubungi semua, begitu
pula dengan yang lain.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
KELOMPOK
Terbentuknya kelompok karena adanya
persamaan dalam kebutuhan akan berkelompok, dimana individu memiliki potensi
dalam memenuhi kebutuhan dan setiap individu memiliki keterbatasan,
sehingga individu akan meminta atau membutuhkan bantuan individu yang lain
untuk mengatasinya.
Kelompok merupakan tujuan yang
diharapkan dalam proses dinamika kelompok, karena jika hal tersebut tercapai,
maka dapat dikatakan salah satu tujuan proses transformasi dapat berjalan
dengan baik. Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat
perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:
1.
Adaptasi
Setiap individu terbuka untuk
memberi dan menerima informasi yang baru. Setiap kelompok, tetap selalu terbuka
untuk menerima peran baru sesuai dengan hasil dinamika kelompok tersebut. Di
samping itu proses adaptasi juga berjalan dengan baik yang ditandai dengan
kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan
anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu
2.
Pencapaian tujuan
Setiap anggota mampu menunda
kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama, mampu
membina dan memperluas pola, serta individu mampu terlibat secara emosional
untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
Perkembangan kelompok dapat
ditunjang oleh bagaimana komunikasi dalam kelompok. Perkembangan kelompok
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
a.
Tahap pra afiliasi
Merupakan tahap permulaan dengan diawali adanya perkenalan
dimana semua individu akan saling mengenal satu dengan yang lain, kemudian
berkembang menjaadi kelompok yang sangat akrab dengan mengenal sifat dan nilai
masing-masing anggota.
b.
Tahap Fungsional
Tahap ini tumbuh ditandai adanya perasaan senang antara satu
dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan dan kekompakan dalam
kelompok. Maka akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.
c.
Tahap Disolusi
Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah
mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok, tidak tercipta kekompakan
karena perbedaan pola hidup, sehingga percampuran yang harmonis tidak terjadi
dan akhirnya terjadi pembubaran kelompok.
Perkembangan kelompok sebenarnya
banyak dikemukakan oleh para ahli. Clark (1994) mengemukakan
perkembangan kelompok ke dalam tiga fase, yaitu:
a.
Fase orientasi
Individu masih mencari/dalam proses
penerimaan dan menemukan persamaan serta perbedaan satu dengan lainnya. Pada
tahap ini belum dapat terlihat sebagai kesatuan kelompok, tapi masih tampak
individual.
b.
Fase bekerja
Anggota sudah mulai merasa nyaman
satu dengan lainnya, tujuan kelompok mulai ditetapkan. Keputusan dibuat melalui
mufakat daripada voting. Perbedaan yang ada ditangani dengan adaptasi satu sama
lainnya dan pemecahan masalah daripada dengan konflik. Ketidaksetujuan
diselesaikan secara terbuka.
c.
Fase terminasi
Fokus pada evaluasi dan merangkum
pengalaman kelompok. Ada perubahan perasaan dari sangat frustasi dan marah
menjadi sedih atau puas, tergantung pada pencapaian tujuan dan pembentukan
kelompok (kesatuan kelompok)
Tuckman dan Jensen membagi
perkembangan kelompok dalam 6 fase, dimana terdapat perbedaan perilaku tim dan
perilaku pemimpin sebagai berikut:
Fase
|
Perilaku
tim
|
Perilaku
pemimpin
|
Orientation
|
Ragu, belum familiar, belum saling
percaya, belum ada partisipasi
|
Mendefinisikan misi kelompok,
tipenya masih memberi instruksi, membuat skema tujuan
|
Forming
|
Menerima satu sama lain, belajar
ketrampilan komunikasi, mulai termotivasi
|
Rencana/fokus pada masalah, role
model yang positif, mendorong adanya partisipasi
|
Storming
|
Semangat tim berkembang, mulai
membangun kepercayaan, konflik mungkin muncul, terkadang tidak sabar dan
frustasi
|
Evaluasi gerakan kelompok, fokus
pada tujuan, penyelesaian konflik, menentukan tujuan
|
Norming
|
Kenyamanan meningkat, identifikasi
tanggung jawab, interaksi tim efektif, resolusi konflik
|
Fokus pada tujuan, menyertai
proses, memberikan dorongan pada tim
|
Performing
|
Tujuan yang jelas, adanya
kohesi/kesatuan, pemecahan masalah
|
Beraksi seperti anggota
kelompok, dorongan meningkatkan tanggung jawab, mengukur hasil
|
Terminating
|
Angota tersebar, tim akhirnya
mencapai tujuan
|
Perayaan dan penghargaan,
memperkuat kesuksesan.
|
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KELOMPOK
Faktor-faktor ini dikemukakan oleh
Mc. Gregor (1960):
1.
Atmosfer , atmosffer yang rileks dan nyaman bebas dari tekanan, dimana tiap
individu dapat berinteraksi dan terlibat
2.
Diskusi, fokus pada tiap orang berpartisipasi
3.
Tujuan/obyektif, dipahami secara jelas dan diterima oleh anggota kelompok
4.
Listening, anggota akan aktif mendengar anggota lain
5.
Disagreement/pertentangan, jika ada perselisihan pendapat, kelompok merasa
nyaman untuk menghadapi semuanya
6.
Keputusan, dibuat dengan konsensus/persetujuan umum/mufakat
7.
Critisim, terbuka, tidak ada agenda disembunyikan, sehingga anggota merasa
nyaman
8.
Feeling, dapat diekspresikan dengan bebas
9.
Action, secara jelas ditegaskan dan anggota berkomitmen
10. Leadership,
fleksibel, tidak ada perebutan kekuasaan
11. Kesadaran diri, kelompok
penuh dengan cara kerja
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN DALAM
KELOMPOK
Keunggulan/kelebihan kelompok:
1.
Adanya sifat keterbukaan antar angota
2.
Adanya kemauaan angota kelompok, yang mengutamakan kepentingan kelompok
3.
Adanya kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan pengalaman
4.
Pengetahuan dan kemampuan tanpa meninggalkan kaidah dan norma yang telah
disepakati kelompok
Kelemahan dalam kelompok:
1.
Waktu penugasan
2.
Tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan
PENTINGNYA DINAMIKA KELOMPOK DALAM
KEPERAWATAN
1.
Dapat mempelajari cara-cara mengambil keputusan, pencapaian konsensus di dalam
kelompok, sistematika kerja kelompok dan mengetahui bagaimana mengatasi
perselisihan pendapat
2.
Dapat melihat adanya persepsi yang berbeda diantara anggota kelompok yang
akhirnya persepsi tersebut dapat diterima sebagai norma kelompok
3.
Pengalaman dalam menciptakan kerja kelompok dapat dijadikan dasar kerjasama
antar unit
4.
Mempermudah dalam pengambilan keputusan
5.
Mempermudah dalam mencapai tujuan
PENERAPAN KONSEP DINAMIKA KELOMPOK
- Kelompok Sebaya (peer group)
Dalam kelompok sebaya, individu akan
merasakan adanya kesamaan satu dengan lainnya (usia, kebutuhan, dan tujuan).
Kelompok sebaya tidak mementingkan struktur organisasi, namun diantara anggota
kelompok merasakan adanya tangung jawab atas keberhasilan dan kegagalan
kelompok.
Ciri-ciri kelompok sebaya:
- Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas
- Bersifat sementara
- Mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas
- Anggotanya adalah individu yang sebaya
Fungsi kelompok sebaya:
- Mengajarkan kebudayaan
- Mengajarkan mobilitas sosial
- Membantu peranan sosial baru
- Kelompok sebaya sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru, bahkan untuk masyarakat
- Individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain
- Kelompok sebaya mengajar moral orang dewasa
- Individu dapat mencapai kebebasan sendiri
- Masyarakat (community)
Menurut Soerjono Soekanto, istilah
community dapat dterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”. Istilah yang
menunjuk pada warga suatu desa, sebuah kota, suku, atau suatu bangsa. Dapat
disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial,
yang ditandai oleh derajat hubungan sosial tertentu.
Ciri-ciri community:
1. Adanya daerah/batas
tertentu
2. Manusia yang bertempat tinggal
3. Kehidupan masyarakat
4. Hubungan sosial antara anggota
kelompoknya
Komponen community:
1. Masyarakat sebagai kelompok atau himpunan orang-orang yang
hidup bersama terjalin satu sama lain ketika orang-orang tersebut menjadi
anggotanya
2. Kebudayaan sebagai alat pemuasan kebutuhan manusia, baik
jasmani maupun rohani
3. Kekayaan alam sebagai sumber materi bagi kelangsungan hidup
manusia
Contoh kelompok health care:
1. Task groups (health care planning committees, nursing
service committees, nursing team meeting, hospital staff meeting)
2.
Teaching groups, tujuannya untuk memberikan informasi pada partisipan (misal
tehnik memandikan bayi, latihan untuk usia pertengahan dan dewasa tua,
instruksi pada anggota keluarga tentang perawatan pada pasien yang
diperbolehkan pulang)
3.
Self-help groups
4. Self-awareness
groups, tujuannya untuk mengembangkan kekuatan interpersonal, ditujukan untuk
orang-orang yang telah menjalani perawatan lama dan akan kembali bekerja,
ataupun kembali ke masyarakat (misal bagaimana sesorang berkomunikasi dengan
orang lain)
5.
Therapy groups
6.
Work –related social groups, ditujukan untuk mengatasi kejenuhan/stress yang
menimpa perawat karena aktivitas sehari-harinya (biasanya untuk perawat ruang
intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU), emergensi room). Dengan adanya kelompok ini
diharapkan dapat memberikan support dan mengurangi stress.
7.
Professional nursing organizations, dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan memberikan support pada kebutuhan perawat.
DINAMIKA
KELOMPOK DALAM KEPERAWATAN
- Pengertian
- Kelompok :
Kumpulan individu yang saling
berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama.
- Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika yang memiliki arti:
Tingkah laku warga yang dapat
mempengaruhi tingkah laku warga lainnya sehingga terjadi hubungan timbal balik.
Secara jelas dinamika berartiinteraksi atau interdependensi antara kelompok
yang satu dengan yang lainnya. Jadi dinamika kelompok merupakan suatu kelompok
yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis
secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam
situasi yang dialami secara bersama.
- Keperawatan
Menurut hasil Lokarya Keperawatan
Nasional Tahun 1983 yang disebut dengan keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat baik yang sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus
hidup manusia
- Fungsi Dinamika Kelompok dalam Keperawatan
Dinamika kelompok dalam keperawtan
merupakan kebutuhan bagi setiap individu perawat yang hidup dalam satu kelompok
pelayanan kesehatan/keperawatan dan saling berinteraksi untuk membutuhkan kerjasama
satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan dinamika
kelompok dapat berfungsi sebagai berikut:
1.
Antara perawat satu dengan yang lain akan terjadi kerja sama saling
membutuhkan, mengingat setiap perawat tidak mungkin dapat bekerja secara
sendiri di dalam pelayanan kesehatan / keperawatan.
2.
Dinamika kelompok perawat akan lebih memudahkan segala pekerjaan pelayanan
kesehatan / keperawtan karena pekerjaan yang dilakukannya tidak dapat
dilaksanakan tanpa bantuan seseorang, sehingga dengan berdinamika kelompok
perawat akan mengetahui kelemahan dan keunggulan dalam bekerja.
3.
Dinamika kelompok dalam keperawatan segala pekerjaan pelayanan kesehatan /
keperawatan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, dan mengurangi
beban pekerjaan besar sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur
secara tepat, efektif dan efisien, karena melalui dinamika kelompok pekerjaan
besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-masing.
4.
Lebih meningkatkan kelompok pelayanan keperawatan yang denokratis karena
perawat satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan
lainnya dan memiliki peran yang sama dalam pelayanan kepada klien.
- Jenis Kelompok Sosial dalam keperawatan
Kelompok sosial keperawatan
merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu perawat
yang mengadakan interaksi sosial agar dapat terjadi pembagian tugas, struktur
dan norma yang ada. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kelompok sosial dapat
dibagi menjadi kelompok primer, kelompok sekunder, kelompok formal dan
informal.
- Kelompok primer
Merupakan kelompok sosial dalam
keperawatan dimana terjadinya interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal
dekat dan hubungannya erat sekali dalam kehidupan, seperti keluarga, rukun
tetangga atau kelompok kawan sepermainan, kelompok agama dan lain-lain.
- Kelompok sekunder
Kelompok sekunder keperawtan terjadi
apabila interaksi sosial dalan hubungannya dilakukan secara tidak langsung,
berjauhan dan sihatnya kurang kekeluargaan. Hubungannya biasanya lebih
objektif. Contoh kelompok perawat di ruangan anak dengan kelompok perawat di
poliklinik dan ruangan lainnya.
- Kelompok formal dan informal
Pada kelompok formal atau kelompok
resmi ini ditandai dengan adanya peraturan atau anggaran dasar dan anggaran
runah tangga, sedangkan kelompok informal atau tidak resmi ini tidak didukung
oleh peraturan atau anggaran dasar dan anggaran runah tangga yang ada. Kelompok
ini terjadi pembagian tugas yang jelas. Sifat dari kelompok informal hanya
berdasarkan kekeluargaan dengan perasaan simpati. Contoh dari kelompok ini
adalah sekelompok perawat dalam satu group.
- Ciri kelompok social dalam keperawatan
Suatu kelompok apabila disebut
kelompok sosial, maka harus memiliki cirri seperti:
Terdapat dorongan atau motif yang sama antara individu satu dengan yang lain, dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan yang sama.
Terdapat dorongan atau motif yang sama antara individu satu dengan yang lain, dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan yang sama.
1.
Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan
yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang
terlibat di dalamnya.
2.
Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas
dan terdiri dari peranan- peranan dan kedudukan masing- masing.
3.
Adanya penugasan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur
interaksi dalam kegiatan anggota kelompok intuk mencapai tujuan yang ada.
- Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok merupakan salah
satu langkah awal terjadinya interaksi antar individu satu dengan yang lain,
karena dengan terjadinya proses pembentukan kelompok akan terpenuhinya
kebutuhan dalam kelompok. Pembentukan sebuah kelompok dapat diawali adanya
presepsi, perasaan, atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi
kebutuhannya. Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa proses
pembentukan kelompok dapat diawali dengan adanya perasaan atau presepsi yang
sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah memiliki perasaan yang sama akan timbul
motivasi dalam memenuhinya, kemudian menentukan tujuan yang sama dan akhirnya
terjadi interaksi sehingga terwujudlah kelompok.
Tahap pembentukan kelompok ini
dilakukan dengan menentukan kedudukan masing- masing anggota artinya siapa yang
menjadi ketua dan siapa yang menjadi anggota tim. Kemudian terjadi interaksi
dan mulai muncul perbedaan antara anggota kelompok yang bisamenimbulkan
perpecahan (konflik), namun biasanya bersifat sementara, mengingat arti
pentingnya kelompok mempunyai manfaat besar, maka anggota akan mudah
menyesuaikan diri karena kepentingan bersama dan setelah terjadi penyesuaian,
perubahan dalam kelompok akan mudah terjadi.
Proses pembentukan kelompok sangat
dibutuhkan dalam metode belajar diskusi yang melibatkan beberapa orang yang
menjadi satu kelompok sehingga akan membentuk satu tim.
Proses pembentukan tim diawali
dengan pembentukan kelompok, kemudian dalam proses selanjutnya didasarkan
adanya hal- hal sebagai berikut:
Persepsi
Persepsi
1.
Motivasi
2.
Tujuan
3.
Organisasi
4.
Independensi
5.
Interaksi